Hidup Itu Pilihan. Setiap keputusan memiliki konsekwensinya masing-masing.
1 Oktober 2003 saya resmi diterima sebagai bagian dari perusahaan ini, belajar, berbagi, bersama, mengajar. Banyak pengalaman yang saya dapatkan, tim kerja yang solid, kapal yang sempat terombang-ambing ditimpa ombak besar, nyaris menbrak karang, lalu bangkit bersama-sama lagi, sungguh pengalaman berharga.
Sembilan tahun berlalu, 1 Oktober 2012, saya mengajukan sesuatu yang menjadi pilihan saya berikutnya, RESIGN. Ya saya memilih meninggalkan pekerjaan yang selama 9 tahun ini menjadi kegiatan saya sehari-hari. Pergi pagi, pulang petang, kadang malam, kadang tengah malam dan pernah juga dini hari bahkan pagi *ah…masa-masa itu* Saya meninggalkan pekerjaan dengan jam rutin.
Melangkah ke tahap berikutnya. Saya akan berada dirumah. Bersama poros dunia saya, Anak (dan suami tentunya). Saya akan menjalankan pekerjaan saya yang baru. Hmm…gak tepat juga sih klo disebut baru, soalnya memang sudah dijalanin sejak lama, sejak 2 tahun 6 bulan yang lalu, predikat ibu sudah saya sandang. Bedanya dulu saya kerjakan berbarengan dengan kerjaan kantor, sekarang akan saya kerjakan langsung dirumah, gak disambi ngantor setiap harinya.
Maka, hari ini, 19 Oktober 2012, menjadi hari terakhir saya duduk dikursi ini, berada diruangan ini, mengetik dengan komputer ini, berdiskusi tentang pekerjaan bersama tim disini. Ya, wlopun efektif saya resign 31 Oktober 2012, saya masih punya sisa cuti yang saya ambil mulai senin nanti hingga masa efektif kerja saya berakhir.
Dan….mari songsong masa depan. Kata teori tumbuh kembang anak, usia Balita adalah Golden Age. Dan saya merasa sudah cukup banyak kehilangan moment pertumbuhan dan perkembangan Prema yang ajaib, tak disangka-sangka dan kadang menjadi menakjubkan, yang sedihnya kadang hanya saya saksikan hasilnya tanpa melihat prosesnya secara langsung, yang kadang hanya mendengar cerita dari neneknya lalu saya minta dia untuk mempraktekkan kembali. Ayo nak, ke depan kita akan bersama. Bertumbuh, berkembang , menjadi lebih hebat, menjadi bintang bersinar di hati ibu, ayah dan semua orang. Ibu akan mendampingimu, Nak.
Menjadi perempuan, klo kata ibu saya, seperti dijurnal INI : Dulu, ibu saya sering bilang ”Jadi perempuan itu ndak gampang,nak. Harus bangun lebih pagi dari laki-laki, bangun pagi pun harus buru-buru beberes, masak, ngurus anak, mandi, sembahyang dan yang pasti gak boleh nunda kerjaan. Ingat, kerjaan rumah tangga gak ada habisnya (apalagi klo disambi ngempi hehehe). Malam sebelum tidur, pastikan semua rapi, semua beres dan siapkan untuk keperluan besok, biar ndak buru-buru.” Hufffsss….dulu saya sering ngebatin setiap ibu bilang begini, tapi sekarang saya tau rasanya. Ya, ibu benar. Saya membuktikannya saat udah berada jauh dari ibu, saat menjadi istri dan sekarang ikutan menjadi ibu.
Lalu, seperti yang pernah saya tulis di jurnal saya yang INI :
Dan saya, sungguh kagum pada semua ibu, baik yang bekerja diluar rumah maupun yang di rumah. Hebat dan luar biasa. Saat bekerja di luar, saya yakin itu semua demi keluarga juga, pikiran terbagi antara kewajiban kantor, anak dan suami, ditambah lagi setibanya dirumah masih tetap sempat mengurus anak, menemani belajar, mengerjakan tugas plus melayani suami. Yang di rumah apalagi, tiap hari mendapat keistimewaan menyaksikan detik demi detik pertumbuhan dan perkembangan si kecil, yang tentu saja ada kejutan luar biasa setiap harinya sekaligus memenuhi tugas-tugas rumah tangga yang sama beratnya dengan bekerja di luar rumah. Satu kata HEBAT.
Maka, ketika pilihan dijatuhkan. Mau bekerja kantoran, freelance, bisnis, berada dirumah semua ada konsekwensinya. Semua ada plus dan minusnya. Karena tak ada yang satu didunia ini. Semua memiliki dua sisi, hitam putih, baik buruk, susah senang, bahagia tangis. Mari menikmati setiap peran kita. Apapun pilihannya, kita tetap adalah IBU dan ISTRI. Tak ada yang bisa menggantikannya.
Salam Ibu
Semoga kita menjadi Ibu yang menyinari rumah dan keluarga
fokus ke prema dulu mbak 😀
Sip mas Prie
Poros dunia saya sekarang ada di Prema 🙂
setuju mbak 🙂
Makasi mbak Ely
selamat bergabung! 😀
Ya mbak
Akhirnya saya menyusul jejak mbak Efin 🙂
good luck bu arni 🙂
Makasi laras 🙂
Hayuk main ke Bogor
Saya ada dirumah tiap hari nih
semoga ada kesempatan kesana bu arni….salam bwt prema, pastinya sekarang sudah besar yaahhh hehehe pertama ketemu pas milad thn 2010…
Semoga apapun itu pilihan Mama Prema, terbaik untuk smua kan 🙂
Iya Ria
Semoga ini yg terbaik
Setelah sekian lama memikirkan rencana ini
Maju mundur…. Akhirnya membulatkan tekad ngambil keputusan ini
Makasi doanya ya 🙂
Sama-sama Bu Arni …..
*jangan lupa kirimin ayam betutunya ke Bandung
*hehehhe
ngantri yah Ry, yg Bekasi ajah belum dikirim je xixixixixi
Kburu abis ayam betutunya sama yang di Bekasi…
hehehhe
*lempar tulang
hahahaha masak tulang sih kek gug gug haha
Tulangnya ayam betutu juga enak lho mbak…
Hahahhaha
swear aku jadi melow, kaca-kaca mbak….
“pergi pagi, pulang malam, lembur …pulang anak dah tidur, udah kecapekan nemenin belajar, beberes dapur, tidur bbrp jam doank, bangun pagi”, aku bangetz…..
selamat yah atas keputusan yang hebat ini.
*peluk-peluk mbak Ina*
Semua keluarga khan punya pertimbangan dan kebijakan masing-masing mbak
Gak bisa disamakan
Klo sekarang saya mengambil keputusan ini, bukan berarti keputusan keluarga lainnya tentang ibu bekerja lantas gak hebat dan gak bagus
Semua pasti ada plus minusnya 🙂
Tetep semangat mbak
Wah sudah tidak naik KRL lagi dong
Hahaha udah pensiun mas
Tapi masih tetep memantau kok
Khan suami masih bolak balik naik KRL 🙂
salut sama pilihanmu.. semoga barokah dan bahagia ya..
Aish mbak Tintin
Pilihan saya sama aja kok dengan pilihan jutaan ibu di dunia
Cuma saya agaka narsis dan pengen eksis aja pake cerita-cerita di sini 😀
Makasi mbak
Salut !!!…. Keputusan yang gak semua wanita bisa ambil… Waktu golden age anak memang gak bisa terulang… Sukses yeee..
Yoi Ogie
Ini juga saya udah tertinggal jauh
Harusnya sejak dulu saya ngambil keputusan ini
Terlalu banyak moment yg terlewatkan 😦
Makasi dukungannya ya
semoga semakin mesra bersama keluarga tercinta,Mba Arni…:)
makasi tante Eka
Hemmm coba yahh semua Ibu (calon Ibu) juga bisa kaya Mba Arni yg begitu faham ttg Hidup adalah sebauh pilihan,.,
suka banget artikelnya,., 🙂
wah ya ndak bisa disamain mas
khan semua keluarga punya kebijakan dalam negerinya masing-masing 🙂
hehe setuju sihh… tapi ndak apa2 kan ya klo berangan dan terinspirasi dari keluarga lain,… 🙂
sip sip
🙂