Halo ibu diseluruh Nusantara, apa kabar?
Lama gak nulis, moga-moga gak jadi garing deh. Tetiba pengen nulis agak panjang deh.
Denger-denger moms war nambah lagi ya sekarang? Klo dulu ‘hanya’
Ibu pekerja kantoran vs ibu bekerja dirumah
Lahiran caesar vs normal
ASI vs sufor
MPASI homemade vs pabrikan
Diapers sekali pakai vs clodi
Sekolah negeri vs swasta
Dst dst dst
Ealah sekarang ada yang baru ya : Ibu PNS vs swasta, gara -gara rencana pengurangan jam kerja bagi ibu PNS, lalu yang di swasta merasa terjadi diskriminasi 🙂
Seru memang dinamika para ibu ini. Adaaaa aja hal menarik yang bisa jadi bahan “keributan”
Dulu, 2 tahun yang lalu, saat saya memutuskan berhenti menjadi ibu kantoran, sayapun dihadapkan pada banyak pertimbangan, bertanya-tanya pada diri sendiri “yakin nih mau resign?” atau “apa saya bisa menjalani hidup dirumah saja?” atau “klo bosan nanti gimana?”
Dan berbagai pertanyaan lainnya. Lalu saya mulai membaca, mencari referensi (red : pembenaran) dan mencari-cari berbagai alasan untuk menguatkan tekad saya termasuk dengan tiap hari memandangi wajah polos Prema yang meminta saya tidak bekerja kantor lagi, yang minta ditemani setiap hari, yang makin kritis dan pinter protes. Duuuuh…. Masa-masa galau terbesar dalam hidup saya 🙂
Bahkan setelah akhirnya memutuskan benar-benar resignpun saya masih sibuk menghibur diri bahwa ini pilihan yang tepat, sambil sesekali terjebak dan terseret untuk ikutan nyinyir pada teman-teman yang memilih bekerja kantoran, seolah mereka melakukan dosa besar dengan meninggalkan buah hatinya dirumah, menitipkan pada nenek atau mbak pengasuh. Iya teman, ini benar, saya pernah ada di situasi begitu, maafkan ya 🙂
Sampai kemudian saya sadar bahwa apa yang saya lakukan itu semata-mata buat kepuasan pribadi saya, semata-mata menghibur ego saya yang merasa melakukan pilihan benar padahal sesungguhnya hati saya belum benar-benar siap. Ditambah lagi saya seringkali dihadapkan pada pertemuan tak terduga, baik di medsos maupun dunia nyata dengan teman-teman dimasa lalu, yang bertanya “kerja dimana?”
“serius, sekarang dirumah?”
“kok bisaaaa?”
“gak sayang sama ijazahnya?”
Dan berbagai pertanyaan lainnya 🙂
Hmm… Begitulah. Gak akan ada habisnya. Dulu saya ragu, nyatanya setelah saya jalani 2 tahun ini, saya menikmatinya. Iya kadang ada rasa nyessss gitu klo liat temen posting prestasi kerjanya, atau denger info sahabat sudah jadi ‘orang’
Ehk. Iya. Rasanya terkadang seperti cita citata “sakitnya tuh disini…..” hehe
Tapi lama-lama saya terbiasa. Ini pilihan saya. Sama saja dengan teman-teman semua, balik ke pilihan masing-masing. Balik ke kenyamanan hati. Intinya berdamai dengan diri sendiri.
Iya, ini yang saya lakukan. Berdamai dengan diri sendiri. Galau itu kita yang ciptakan. Ragu itu kita yang rasakan. Bingung itu kita yang pikirkan. Sakit hati liat teman sukses lalu sibuk menghakimi dan menghukum diri sendiri karena pilihan kita ya pastinya hanya akan menambah luka dihati, ejiyeeee luka bu lukaaaa haha
Maka mari berdamai dengan diri sendiri. Apapun pilihan yang kita ambil, bekerja kantoran, bekerja dirumah, ASI atau sufor, caesar atau normal dan sebagainya semua tentu akan ada konsekwensinya, semua ada plus minusnya, tak ada yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain karena semua adalah baik. Karena setiap ibu pasti punya alasan dibalik pilihan itu, setiap keluarga punya kebijakan dalam negeri yang tak bisa diganggu gugat dan diintervensi oleh siapapun dengan teori apapun 🙂
Kalaupun kemudian, entahlah, tak ada yang tau dimasa depan seperti apa, siapa tahu saya tetiba kerja kantoran lagi, wlo jujur sekarang belum terpikirkan, maka sekali lagi saya harus berdamai dengan diri sendiri terhadap semua konsekwensinya
Bahwa menjadi ibu itu adalah anugerah tak terhingga. Bahwa menjadi ibu artinya diberi kepercayaan untuk menerima titipan, merawat dan membesarkannya dengan cara yang terbaik, dengan limpahan kasih sayang dan perhatian, bukan sekedar kuantitas tapu juga kualitas sehingga tak ada satupun orang yang berhak menilai bahwa cara kita lebih baik atau lebih buruk levelnya dibanding yang lain hanya karena melihat kuantitasnya saja. Demikianlah.
Maka selamat hari ibu untuk semua
Mari menjadi ibu yang pantas dibanggakan oleh anak-anak kita
Menjadi ibu berkualitas. Baik dirumah maupun dikantor tak berarti berhenti belajar, tetap update informasi, tetap besosialisasi, sekali-narsis juga boleh kok. Haha.
Menjadi ibu yang siap dengan pelukan hangat untuk keluarga
Menjadi ibu dan teman terbaik untuk semua
22 Desember 2014
Sebuah catatan di hari ibu
Dalam kesempatan Pertamax ini ijinkan saya mengucapkan: “Selamat Hari Ibu!”
Semakin seru aja nih moms war 🙂
Halo mas Iwan, apa kabar
Ya ampun lama banget gak bersua dan menimba ilmu ke mas Iwan
Tau gak, saking lamanya saya gak nulis disini, saya sampe lupa caranya posting dan ‘macam2in’ tulisan ini, dan akhirnya saya membuka KAMUS lengkap saya yang dari mas Iwan, itu lho rekapan ilmu Nge-WP via inbox di FB hahaha. Untungnya FB gak mati kayak MP yak jadi kpanpun butuh ilmunya lagi bisa dibuka obrolannya 🙂
Btw makasi mas Iwan
Iya nih moms war gak ada habisnya deh, klo diikutin bikin bingung jadi ya kembalikan ke hati aja deh buat yang ngejalanin pilihan 🙂
Selamat hari ibu juga buat istrinya mas Iwan
selamat hari Ibu, Ibu Prema
Makasi mas welly
Selamat natal buat mas Welly
Apa kabar nih?
terima kasih. secara umum baik hihihi pas hari natal kena diare hehehehe tp sdh baikan sekarang
Waduh gak asik banget tuh mas
Lagi hari bahagia, banyak makanan enak malah kena diarr
Syukurlah klo udah baikan
Pingback: Tentang Sebuah Kenangan | Tersenyumlah dan Semua Bahagia ………