Selain plesiran yang melenakan ke tempat-tempat wisata, tak lengkap rasanya ke Bali jika tak melakukan perjalanan spiritual. Dalam ajaran agama Hindu mengenalnya sebagai Dharma Yatra atau Tirtha Yatra, yaitu perjalanan rohani untuk mengunjungi dan melakukan pemujaan di tempat-tempat suci.
Berada di wilayah desa Pecatu, kecamatan Kuta, kawasan Uluwatu dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dalam kondisi lancar. Tapi kalau sore ya maaf saja, macetnya bisa mengalahkan jalur Sudirman – Thamrin pada jam sibuk di Jakarta deh.
Perjalanan kami kesana bertepatan dengan masa libur panjang anak sekolah dan lebaran sehingga cukup ramai oleh wisatawan asing dan domestik. Untuk masuk kawasan Uluwatu para pengunjung wajib mengenakan kain penutup yang dililitkan dibagian bawah tubuh.
Kawasan Uluwatu, selain menyimpan pesona yang indah karena pantainya yang bersih, bersatunya debur ombak dengan karang yang terjal dan menyajikan pemandangan dimana langit dan lautan nampak bercumbu tanpa batas, begitupun pesona sunset yang selalu mengundang para pelancong untuk betah berlama-lama, ditempat ini juga menyimpan satu surga spesial khususnya untuk kami umat Hindu, Pura Luhur Uluwatu, yang terdapat dianjungan batu karang terjal yang menjorok ke laut pada ketinggian 97 mdpl.
Seperti konsep Pura pada umumnya, Pura Uluwatu juga memiliki pembagian ruang : Nista mandala yaitu ibarat pekarangan atau halaman yang bisa dikunjungi oleh siapa saja, tempat menyambut tamu, pengunjung bebas masuk sampai disini, baik Hindu maupun non Hindu. Salah satu spot favorit untuk mengambil gambar adalah anak tangga yang lumayan tinggi untuk keatas menuju madya mandala yaitu ruang tengah yang umumnya dipakai untuk tempar mempersiapkan keperluan upacara keagamaan dan utama mandala yaitu kawasan suci, dimana yang boleh masuk hanya pemangku/pandita pemimpin persembahyangan dan tentu saja umat yang akan bersembahyang. Untuk yang sedang cuntaka/berhalangan dilarang masuk kawasan utama mandala ini.
Membayangkan para pendahulu mendirikan sebuah tempat suci dikawasan ini sungguh adalah sesuatu yang luar biasa. Tentu saja beliau-beliau tak pernah menyangka kalau kemudian wilayah ini aka menjadi tujuan wisata yang diburu para pesiar. Takjub saya karena mereka menemukan tempat super mempesona ini dan menjadikannya tempat suci dimana kita manusia sungguh merasa kecil dalam keagungan Tuhan. Dalam teduh lautan kami berdoa memuja sang Pencipta, diiringi suara genta dan mantra yang bersatu dengan irama ombak memecah keheningan, membuat kami larut dalam pemujaan.
Usai melakukan persembahyangan, kami lanjutkan dengan menikmati panorama alam yang luar biasa disekitar Pura. Tepat dibawah kami ombak berkali-kali menghantam karang meninggalkan alunan yang memukau. Ombak ini juga berhasil mengundang para peselancar dari seluruh dunia untuk mencicipi berayun diatasnya.
Ada jalan setapak berpagar pengaman menyisir tebing karang. View yang ditampilkan luar biasa indah. Jika mau berjalan sedikit saja, anda akan menemukan hamparan padang rumput hijau yang menarik untuk menjadi objek fotografi. Namun berhati-hatilah dengan monyet. Dari speaker berkali-kali terdengar peringatan agar pengunjung berhati-hati dengan barang bawaan baik berupa tas, jam tangan, kacamata, HP, kamera, topi dan lain-lain. Saya melihat langsung seorang pengunjung yang teriak histeris ketika kacamatanya diambil. Ada pula turis asing yang sibuk mengejar-ngejar monyet karena topi anaknya direbut. Dilain waktu tampak sang monyet sedang berusaha keras membuka minuman dalam botol kemasan yang pastinya juga hasil tangkapan dari pengunjung. Monyet disini kreatifitasnya dalam “menjambret” agak luar biasa soalnya. Dua keponakan saya kehilangan sandalnya. Bayangkan saja, keponakan saya sedang asik berjalan, memakai sandal tentunya, tiba-tiba disamperin kerumunan monyet yang menarik-narik sandal itu.
Saya tak kalah sedihnya, lagi asyik menikmati makan siang, tiba-tiba seekor monyet menghampiri lalu sreeeet… Secepat kilat mengambil kacamata yang sedang saya pakai, meninggalkan tanda goresan pula di pipi saya yang empuk ini. Duuuh. Hikmahnya sih jadi beli kacamata baru deh, karena memang butuh agar tak rabun saat berjalan.
Secara keseluruhan kawasan ini sangat nyaman untuk pelancong. Banyak tempat-tempat untuk sekedar berkumpul bercengkerama bersama keluarga dan sahabat, taman-taman yang teduh serta hutan berpohon rindang dengan lintasan jalan ditengahnya.
Jadi jika anda ke Bali, sempatkanlah berkunjung ke tempat eksotis ini. Dijamin gak bakal menyesal deh.
mbuak, kereeen banget foto terbangnya. Oiya,. kalo di umat muslim, masyarakat luas nyebutnya wisata religi. ya, sama pergi ziarah ke makam para tokoh agama.
keren keren. aku jadi bisa belajar agama lain. hhheee
Ahahaha percayalah foto terbang itu penuh perjuangan. Kudu bolak balik lompat. Yg tayang yg sukses, padahal dibalik layar yang gagal buanyaaaak. Modalnya kamera HP aja, khan shutternya gak secepat DSLR to.
Tapi yang bikin semangat ya view dibelakangnya, langit dan laut biru sempurna menjadi satu.
Nah iya, wisata religi. Dari kemaren aku mikir apa istilah padanannya yang pas, ish bener-bener gak ingat deh. Makasi ya nambahin kosa kata.
Makasi juga udah mampir 🙂
Aku belum pernah ke bali… *sedih*
Tapi udah melanglang buana di Eropa…… *aku juga Sedih*
Kemarin saya pas ke sini, cuma mampir doang mbak gak singgah. Soalnya tujuan utamanya ke Lombok. Jadinya bisa merasakan Bali dari bus 😀 Kuliner yang disantap apa mbak? Kan Bali kayak akan kuliner yang memesona lidah 🙂
Bali banyak kuliner khas kok
Sekarang beragam pilihannya dan halal. Mulai dari makanan tradisional sampai kelas restoran
Kapan-kapan aku share beberapa ya
Soalnya jujur karena ke Bali jatuhnya mudik ke orang tua, jadi kami agal jarang makan diluar 🙂
wah hem, mungkin resepnya mbak. Ayo share mbak, terutama yang halal. Siapa tahu saya nanti ke sana 🙂
Beberapa resep makanam Bali seperti ayam betutu dan tum atau sate lilit udah pernah aku share kok
Monggo di ubek-ubek 🙂
wah ok mbak hihi siap
wah Mama Prema cantik sekali pakai baju adat bali
habisa baca ini
jadi pengen sate lilit + sambal matah..hmmmm
Ahaaaay makasi ya dibilang cantik
Untung gak dibilang narsis #eh
Hayuk bikin sate lilit dan sambal matahnya. Lalu saya ikutan ngeces huhu
Pingback: Ada Senja yang Hangat di GWK | Tersenyumlah dan Semua Bahagia ………
Pingback: Bermandi Cerahnya Mentari di Pantai Pandawa | Tersenyumlah dan Semua Bahagia ………