Kabarakatina Tana Wolio

Pagi ini saya membuka facebook *beuh pagi-pagi kudunya olahraga bu, ini malah mainan medsos* dan mendapati euforia kemenangan yang luar biasa dari hampir 90 % kontak saya yang berasal dari Kendari, Bau-bau dan sekitarnya. Mulai dari kawan SD – jaman kuliah.

Iya, ini tentang Fildan. Idola baru di kampung halaman saya (Ou, sekedar info, saya ini lahir dan besar di Kendari) yang semalam baru saja dinobatkan menjadi pemenang ajang pencarian bakat terheboh Dangdut Academy 4 , Indosiar.

Saya, jujur saja selama ini belum pernah nonton DA. Karena berbagai sebab tentunya. Mulai dari gak kebagian remote TV, lupa hingga ngantuk. Dan memang, jujur, saya kurang tertarik nonton acara TV yang lebih banyak obrolan presenternya daripada isi acaranya. Sampai kemudian sekitar sebulan terakhir, timeline saya ramai dengan status kawan-kawan untuk memberi dukungan pada Fildan, putra daerah dari Bau-Bau yang masuk final, bersaing ketat dengan Putri dari Balikpapan.

*Ehm, buat yang belum tau, Bau-bau itu nama salah satu kota di Sulawesi Tenggara, ibukota dari pulau Buton. Kalau masih bertanya juga, buka peta Indonesia ya :p*


Lalu inbox saya mulai digempur dengan ajakan dukungan lewat sms untun Fildan. Grup-grup WA teman sekolah yang saya ikuti mulai rame ajakan juga. Bahkan seorang teman memberikan tautan kisah hidup Fildan ke laman Facebook saya. Membacanya bikin saya terharu, luar biasa. Seorang anak yang lahir besar di tengah pasar, berada di panggung megah untuk meraih mimpi.

Kabarakatina Tana Wolio

Teman-teman saya banyak yang menulis itu pagi ini. Tana Wolio adalah julukan untuk pulau Buton. Wolio adalah nama perkampungan yang dibangun oleh Mia Patamiana, empat tokoh pendiri kota Bau-Bau dan merupakan bahasa persatuan yang digunakan pada sistem pemerintahan kesultanan Buton. Hingga saat ini masih banyak digunakan sebagai bahas percakapan sehari-hari. Kabarakatina Tana Wolio, terberkatilah tanah Wolio, bergema sepanjang malam tadi hingga hari ini.

Di Buton, banyak etnis hidup berdampingan dalam damai. Sebagai pulau di salah satu kaki Sulawesi ini, Buton menjadi tempat yang nyaman untuk semua orang. Alamnya indah, pantai hanya sepelemparan batu dari pemukiman. Tentunya kita semua masih ingat, Buton adalah penghasil aspal. Saudara-saudara saya banyak yang tinggal disana. Program transmigrasi membawa banyak penduduk dari Jawa dan Bali ke daerah-daerah di Sulawesi. Berdampingan dalam damai.

Dukungan buat Fildan, saya tahu betul, datang bukan hanya dari satu suku saja. Bukan hanya dari orang Bau-Bau. Dukungan ini menggaung seantero Sulawesi Tenggara. Kendari, Kolaka, Raha, Buton, Konawe dan seterusnya, semua menyuarakan dukungan yang sama. Tak ada urusan etnis, apalagi agama, semua satu hati, untuk Fildan. Setidaknya ini yang saya tangkap selama sebulan terakhir dari obrolan WAG sampai status-status di media sosial. Tak kurang Walikota Bau-Bau dan ibu Gubernur turut hadir dalam perhelatan semalam. Asal tau saja, nobar digelar dimana-mana lho buat nonton Fildan, layar besar terkembang dibanyak tempat. Semua duduk bareng. Indahnya…..

Untuk pertamakalinya, semalam, saya nonton DA 4 ini. Prema dan ayahnya sampai heran. Tapi saya memang penasaran haha. Dukungan demi dukungan mengalir deras, bukan hanya untuk Fildan, tapi juga Putri. Rumah, umroh, naik haji dan aneka hadiah lainnya adalah bentuk “cinta” untuk mereka.

Well, ini tentang mimpi
Ini tentang perjuangan
Untuk sampai di panggung final, tentunya banyak rintangan yang telah dilalui. Tak terhitung tetesan keringat dan air mata yang keluar. Latihan yang berat, psikologis yang mungkin saja mendapat tekanan dari sana sini, fisik yang lelah.
Dan semalam, saya menyaksikan dua anak daerah bersinar di atas panggung. Untuk mewujudkan mimpi itu.

Tertampar. Saya merasa tertampar. Tak ada hasil yang instan. Tiba-tiba saya merasa cemen, masih suka baper kalau gak mendapat apa yang saya mimpikan. Masih suka merasa Tuhan tak adil ketika saya kecewa. Lihatlah dua bintang di panggung itu, terlepas dari segala drama stasiun televisi yang memang dibuat untuk mengaduk-aduk perasaan penonton, mereka adalah pejuang. Mereka hebat.

Akhirnya, selamat buat Fildan
[dan Putri tentu saja]
Selamat menjadi bintang bersinar dan tetaplah rendah hati

About Arni

Arni I Parenting & Lifestyle Blogger I Proud mom of amazing Prema I Living in Bogor I Feel Free to contact me at putusukartini@gmail.com or itsmearni@yahoo.com
This entry was posted in Home. Bookmark the permalink.

8 Responses to Kabarakatina Tana Wolio

  1. omnduut says:

    Jagoan ibuku kalah 😀 tapi Fildan juga emang laik menang. Selamat Fildan dan Putri. Tolong aku ajarin nyanyi dangdut 😀

  2. Deddy Huang says:

    Aku jadi penasaran googling untuk tahu tentang kota kelahiranmu mbak. Sepertinya menarik buat diexplore yaa…

    • Arni says:

      Menarik Koh
      Makanannya enak2. Potensi wisatanya juga kece. Sayang belum terkelola dengan baik. Kecuali Wakatobi ya, yang udah mendunia

  3. April Hamsa says:

    Aku tau kok Bau Bau hehe
    Pengen ke Sulawesi suatu saat nanti
    Btw itu di foto mereka sampai sakit gtu ya mbak? krn drop?

  4. selamat buat fildan, walaupun saya gak pernah nonton dangdut. Di DA nih udah beberapa anak sulawesi selalu dapat juara yah. kayaknya emang jago-jagonih orang sulawesi

Leave a comment